Santuang Pilalai adalah salah satu jenis magis hitam (black magic) yang melegenda di Ranah Minang.
Konon lelaki yang ditolak perasaannya oleh seorang wanita secara hina dan tersakiti, menggunakan Santuang Pilalai dengan tujuan agar wanita tersebut “indak balaki” alias tidak bersuami.
Berdasarkan terminologi dari Kamoes Bahasa Minangkabau – Bahasa Melajoe Riau, Balai Poestaka, Batavia, 1935 :
SANNTOEENG PILALAI — “ilmoe soepaja perempoean tiada bersoeami; ilmoe pelalai”.
Terjadinya ada-ada saja, bisa jadi ketika wanita itu sudah siap hendak menikah, tak ada angin, tak ada hujan, tiba-tiba saja mendadak rencana batal atau sang wanita enggan untuk menikah.
Bisa juga ketika wanita itu hendak mencari jodoh, maka yang terjadi adalah “ada yang sang wanita suka, tapi pria yang disukai tidak mau; giliran ada pria yang mau, sang wanita pula yang tidak berkenan”.
Seperti jenis guyonan doa yang pernah beredar : “Ya Tuhan, jika dia bukan jodohku, maka jangan lah jodohkan dia dengan orang lain”.
Bisa juga sang wanita dibuat sibuk terbuai akan karir, pendidikan atau pekerjaan, sehingga lupa untuk berumahtangga.
Jika hal itu sudah terjadi, maka biasanya orang kampungh akan bergumam : “Mungkin lah kanai Santuang Pilalai” atau “Santuang Pilalai malakek di badan.”
***
Efek dari Santuang Pilalai mungkin berbeda dengan “Kanai Sijundai” (kena Sijundai). Jika seorang wanita disebut Kanai Sijundai maka dia akan meraung di tengah malam sambil memanjat-manjat dinding atau melata di atas lantai sambil meneriakkan nama lelaki yang mengirimkan magis tersebut.
Namun untuk penangkalnya tetap lah sama, mangkus dan mujarab. Intinya : “sejahat-jahatnya manusia hendak mencelakai, berdoa dan berlindung pada Yang Kuasa adalah sebaik-baik penangkal yang ada” 🙂
Filed under: Alam Takambang Jadi Guru, Kambanglah Bungo Parawitan | Leave a comment »